kategory soto

Sabtu, 27 Oktober 2012

JAMAAH SHOLAT

Politisasi jam’ah dalam sholat



Itulah kenapa begitu sangat  sakral dan istimewanya keberadaan dan eksistensinya, sebagai penjawantahan dari ekspresi dan dialog ketauhidan sebagai mahkluk  ber Tuhan.  Juga sebagai penetrasi dari  system canggih dengan kerumitanya yang di bungkus dalam aktifitas yang terkesan ‘simpel ‘. Itulah sholat.

Termasuk bagian dari rukun islam, yang bila mana sesuatu tanpa porsi rukun, maka di pastikan akan roboh, rusak dan hancurlah sebuah tatanan. Ini tidak guyon, hingga perintah untuk mendirikanya pun di titahkan langsung oleh Tuhan, seakan  seperti kado berharga  sebagai ucapan selamat  untuk nabi Muhammad SAW dan ummatnya. Ia bagaikan tiang yang menegakkan sebuah bangunan. Itulah sholat


Sholat dari beberapa sudut

Sholat dari banyak definisi banyak di artikan sebatas ibadah vertikal antara hamba dan Tuhanya. Sebagai perintah ‘wajib’ dari kesimpulan kesimpulan teks, dari mereka komunitas  fiqih. Sebagai aktifitas ibadah mistik,  bagi mereka yang awam . Sebagai pundi pundi pahala,  guna mengantarkan ke cahaya surga dan menjauhkan dari lorong2 neraka, bagi mereka para mental mental ekonom yang segala sesuatunya di kalkulasikan.  Itulah sholat

Dimensi nyentriknya sholat

Berkelompok atau bersama sama, mengandung deskripsi persatuan dan kesatuan. Kekuatan yang semulanya hanya se ‘util’  dapat berefolusi menjadi kekuatan kekuatan dahsyat. Yang awalnya pengecut bisa bermetafosis menjadi gatut kaca, superman ataupun wiro sableng.
Di pahami mendalam, sholat memiliki nilai niai multidimensi yang banyak tak di mengerti banyak orang. Tak melulu mengandung konsepsi spritual, melainkan termsuk di dalamnya konsepsi sosial  ( muamalah ). Karena dalam islam, ajaran ajaran yang bersifat spiritual senantiasa diselipkan prinsip prinsip sosial. Di antarnya,  itulah sholat.
Dalam jangka waktu 20 tahun, nabi Muhammad SAW telah berhasil mempersatukan berbagai kelompok yang telah terpisah pisah dalam koridor suku, ras, batas territorial, agama dsb. Seluruh semenanjung arab telah berada dalam satu bendera islam hanya dalam waktu 30 tahunan. Arab islam menjadi kekuatan baru yang di ketahui telah menyiutkan keperkasaan dan kekuatan besar lainya. Romawi  di barat, dan rusia di tumur. Karenanya ide tentang jama’ah bukanlah ide remeh temeh tanpa nilai.

Sholat pada dasaranya ialah ibadah murni (ibadah mahdhoh ), namun jika di kaitkan dengan di mensi jama’ah, jelas ibadah ini telah memasuki ruang sosial. Yang nampaknya bersifat prifasi, tetapi di sisi lain mengandung muatan muatan poitis sosial.

Antara sholat dan jama’ah adalah cerminan akurat dari kestupaduan yang hebat.

Misi jama’ah

Berjama’ah dengan sholat memiiki misi untuk selalu membangun nilai nilai kebersamaan dan kekompakan. Ketika seseorang dalam  shof ( barisan ) jama’ah, maka secara kesadaran tanpa intruksi, akan di tuntut merapihkan, meluruskan dan menertibkan barisan. Dalam barisan, seorang jama’ah akan berada pada derajat dan dimensi yang sejajar satu dengan yang lainya. Artinya apapun profesi, kedudukan maupun embel embel lainya akan melebur tak berarti. Tersisa hanya kwalitas ketakwaanya sebagai pembeda.

Sholat berjama’ah adalah media terefektif dalam menghimpun kekuatan dan potensi. Konsekwensi logis dari di anjurkannya jama’ah adalah di giringnya masyarakat untuk berkumpul dalam sebuah kegiatan bernama sholat. Nilai ngumpul ini bisa di investasikan sebagai aset berharga yang memiliki potensi besar. Sebagai ajang silaturahmi, musyawarah, rapat dsb, yang tentunya ini akan bermanfaat demi kebaikan dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat.

Jama’ah mengumpukan manusia, menyatukan mereka dalam satu barisan untuk berjalan dalam satu tujuan.

Tentativ yang terabaikan

Sholat mengimpun kekuatan dari lini paling kecil hingga besar. Prakteknya, dalam sehari ummat islam bisa  berjumpa lima kali rotasi dalam sholat wajib harian ( mushola ), dan ini bisa di jadikan moment moment berharga sebagai ajang perbaikan tanpa henti dalam ruang masyarakat kecil atau blok. Step selanjutnya dalam dimensi mingguan, masyarakat muslim dalam lingkup yang lebih besar. Antar desa atau kecamatan misalnya, bisa berkumpul dalam ritual sholat jum’at yang mana ini pun bisa di jadikan forum forum manfaat lainya.

 Dalam dimensi tahunan, masyarakat antar kabupaten atau propinsi bisa di pertemukan dalam moment ritual jama’ah sholat idul adha dan idul fitri. Dan terakhir, dalam lingkup paling luasnya, masyarakat dari seluruh penjuru dunia dapat di pertemukan dalam ritual sekaligus rukun iman terakhir. Jama’ah Haji.

Tentativnya, bahwa dari sholat wajib 5 waktu, adalah titik star paling kecil, dengan bidikan masyarakat blok ( dari tetangga ke tetangga ). Meningkkat setelahnya jama’ah  jum’atan dengan lingkup antar desa atau kecamatan. Meningkat selanjutnaya lagi, sholat idul adha atau idul fitri dengan lingkup yang semakin besar. Kabupaten atau propinsi. Dan terakhir adalah jama’ah haji dengan lingkup antar Negara.

Luarrr biasssaa

Sholat dengan teknik jama’ahya, menjadi forum dengan berjuta potensi. Dari lingkup paling mikro ( dusun ) hingga makro ( antar Negara ) dapat terjangkau,  asalkan kesadaran pribadi dan pemahaman luesnya menjadi syarat wajib guna tercapainya manfaat jama’ah ini. Bahwa berjama’ah tak hanya sebagai ritual monoton dan stagnan antar hamba dengan Tuhanya saja. Terlebih sebatas menggugurkan kewajiban dan pengharapan dari tambahan tambahan pahala sholat berjama’ah.

Mestinya islam dalam metodelogi jama’ahnya bisa meruncingkan kesatuan ukhuah. Karena begitu ironis kenapa hanya dalam ritual saja kita satu gerakan, satu takbiran, sedangkan kontras dengan realitas setelah ‘salam’. Negara Negara yang berpenghuni mayoritas musim, seharusnya menjadi kekuatan besar dalam pergelakan dunia. Bukannya memalukkan seperti kenyataannya. Tercerai berai, nempel dan sering ngemis ngemis di kaki Negara Negara barat.

Ajaran ajaran agama kita, serat dengan nilai nilai luhur politis yang sangat mampu menghantarkan pemeluknya menjadi komunitas yang pasti di segani, kokoh dan kuat. Berjama’ah dalam sholat memiliki kandungan politis sitematis yang luar biasa, yang sayangnya terabaikan mubadzir.

Cukup dengan sholat berjama’ah,  bisa menjadi alasan yang lebih dari cukup untuk menghimpun dan mengekspresikan kekuatan dan ide ide nyata yang di tumpuk dari kaidah jama’ah. Dengan intensitas pertemuan yang rutin semacam ini, dapat di bayangkan betapa besar dan kokohnya potensi persatuan di kalangan ummat islam.

Berpolitis, bersatu dan bersinergi dengan sholat berjama’ah, untuk menjadi satu kesatuan yang kokoh.

Bukankah Rasulallah SAW marah besar ketika orang orang meninggalkan jama’ah

و الذي نفسي بيده لقد هممت ان امر بخطب فيخطب, ثم امر با الصلاة فيؤذن لها , ثم امر رجلا فيؤم الناس, ثم اخالف الي رجال فأحرق عليهم نيوتهم.
“ Demi dzat yang menguasi diriku, aku benar benar bermaksud mememrintahkan untuk memecah mecah kayu. Kemudian, di lantunkan azan untuk sholat tersebut. Kemudian, aku perintahkan seorang laki laki ( untuk memimpin sholat ). Kemudian ia memimpin (sholat ) orang orang. Kemudian aku berpisah ( dari mereka dan pergi )kepada orang orang ( yang tidak ikut berjama’ah ). Kemudian aku bakar rumah mereka.     ( H.R Al bukhori no. 44 )
Tanger, 19 oktober 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar